
Jakarta – Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
(Komnas HAM) Atnike Nova Sigiro menjadi pembicara dalam Kunjungan Kerja Profesi
I Lembaga Pendidikan Polri (Lemdikpol) Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi (Sespimti).
Kunjungan ini diselenggarakan di Ruang
Pleno Kantor Komnas HAM Menteng, Jakarta Pusat pada Jumat (07/03/2025).
“Hak Asasi Manusia juga Pancasila dan Demokrasi ditempatkan pada posisi
I Asta Cita Presiden dan Wakil Presiden RI. Dalam pelaksanaan tugas dan
fungsinya, Komnas HAM telah menyelaraskan Asta Cita dalam program – program Komnas HAM,” tutur Atnike saat
menyampaikan materi terkait strategi Komnas HAM dalam mendukung Asta Cita.
Selain Ketua Komnas HAM, kunjungan dari Lemdikpol dihadiri oleh Kepala
Biro Dukungan Pemajuan HAM Endang Sri Melani dan Kepala Biro Hukum, Humas, dan
Kerja Sama Gatot Ristanto. Kunjungan kali ini bertajuk “Pancasila, Demokrasi,
dan HAM: Peran Komnas HAM dalam Mendukung Asta Cita”.
Asta Cita merupakan 8 (delapan) program yang dirancang oleh pemerintah
untuk mewujudkan Indonesia yang maju dan makmur untuk meraih keberhasilan dalam pembangunan menuju
Indonesia Emas.
Dalam materi yang disampaikan, Atnike memaparkan kelembagaan dan tugas
fungsi Komnas HAM, Asta Cita Presiden dan Wakil Presiden, program-program
Komnas HAM (isu prioritas lembaga), koordinasi Komnas HAM dengan stakeholders,
serta tantangan dan strategi Komnas HAM untuk mendukung Asta Cita. Dalam
Asta Cita I, Atnike juga menjelaskan Pancasila sebagai fondasi negara,
Demokrasi sebagai sistem pemerintahan, dan HAM sebagai prasyarat Demokrasi.
Lebih lanjut, Ia mengatakan bahwa Pancasila merupakan nilai utama dalam
hukum dan kebijakan. Nilai ini menjadi pedoman dalam penyelenggaraan
pemerintahan yang berbasis demokrasi dan HAM. Sebagai sistem pemerintahan, Demokrasi
yang sehat memastikan pelindungan HAM bagi rakyat. Kedaulatan berada di tangan rakyat sehingga kebijakan
harus mencerminkan kehendak rakyat. Pelindungan HAM adalah tujuan dan syarat
utama dalam demokrasi sehingga Negara wajib menjamin HAM melalui kebijakan,
keputusan, dan tindakan, ujar Atnike.
Atnike kemudian menyampaikan 3 (tiga) program Komnas HAM yang menjadi
Prioritas Nasional (PN) pada 2025. Program-program tersebut adalah Pengamatan
Situasi HAM di Papua Menuju Dialog Kemanusiaan sebagai Strategi Penyelesaian
HAM yang Komprehensif, Penanganan Pelanggaran HAM yang Berat Melalui Upaya
Pemenuhan Hak-Hak Korban, dan Penilaian HAM.
Selanjutnya Atnike mengatakan bahwa untuk mendukung program Asta Cita,
Komnas HAM memiliki sejumlah tantangan seperti masih tingginya aduan
kasus-kasus dugaan pelanggaran HAM, kebijakan-kebijakan yang berisiko melanggar
HAM, kesenjangan literasi dan pemahaman HAM di masyarakat, belum tuntasnya
penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat, serta dukungan kelembagaan untuk
mendukung pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang Komnas HAM.
Untuk menjawab tantangan itu, lanjut Atnike, Komnas HAM melakukan
beberapa strategi seperti penguatan koordinasi dan kolaborasi dengan K/L/D,
akademisi, organisasi masyarakat sipil, mendorong pengarusutamaan HAM dan
kebijakan dan program Pembangunan, pengawasan terhadap pelaksanaan tanggung
jawab negara, penguatan kompetensi kelembagaan dalam pelaksanaan tugas dan
fungsi, serta penyebarluasan dan peningkatan wawasan HAM.
Dalam sesi diskusi tanya jawab, para peserta secara aktif memberikan
beberapa pertanyaan kepada Ketua Komnas HAM terutama terkait isu-isu HAM
terkini. Menutup diskusi, Atnike berharap para peserta dapat mengimplementasikan
nilai-nilai HAM dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya untuk memberikan
perlindungan bagi warga negara melalui materi dan diskusi yang telah disampaikan
Komnas HAM.
Penulis : Feri
Editor : Liza
Foto: Mustofa
Short link