Indonesia, sebagai negara yang kaya akan keberagaman budaya, suku, dan agama, telah mengukir sejarah panjang sebagai bangsa yang kuat dan bersatu. Sebagai tanda penghormatan terhadap semangat persatuan dan kebangsaan tersebut, setiap tanggal 28 Oktober, bangsa Indonesia merayakan Hari Sumpah Pemuda.
Bagi bangsa Indonesia, hari Sumpah Pemuda bukanlah sekadar sebuah perayaan, tetapi juga momentum untuk merefleksikan perjuangan generasi muda Indonesia dalam mencapai kemerdekaan dan membangun Indonesia yang lebih baik. Hari Sumpah Pemuda memiliki akar sejarah yang dalam dan penuh makna.
Pada tahun 1928, sekelompok pemuda dari berbagai organisasi pemuda Indonesia berkumpul di Jakarta dalam Kongres Pemuda II. Di sinilah, mereka menyatakan Sumpah Pemuda yang terkenal, mengikrarkan tiga prinsip utama, yaitu satu bahasa menggambarkan pentingnya bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi yang menyatukan beragam suku dan budaya. Satu tanah air menegaskan kebersamaan dalam mengelola kekayaan alam Indonesia, dan satu bangsa merujuk pada kesadaran bersama sebagai bangsa Indonesia yang merdeka. Sumpah tersebut bukan hanya semata-mata janji seremonial, melainkan perwujudan tekad para pemuda untuk bersatu menghadapi penjajahan dan meraih kemerdekaan.
Makna Sumpah Pemuda tidak hanya berlaku pada masa kemerdekaan saja, tetapi juga relevan terhadap perkembangan zaman. Hari Sumpah Pemuda dapat menjadi momentum bagi generasi muda untuk menguatkan kembali semangat persatuan dan kebangsaan dalam menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan bangsa.
Tantangan dan permsalahan bagi persatuan dan kebangsaan diantaranya mulai dari persoalan pendidikan, kemiskinan, lingkungan hidup, dan berbagai isu sosial lainnya termasuk keterbatasan sumber daya hingga persoalan HAM yang ada. Oleh karena itu, pemuda juga memiliki potensi besar dalam upaya-upaya perlindungan dan pemajuan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia.
Berdasarkan data layanan pengaduan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dalam kurun waktu 2022, sebanyak 3190 kasus ditangani dan diterima oleh Komnas HAM. Angka tersebut meningkat, dimana pada tahun 2020 tercatat sejumlah 2639 kasus, dan tahun 2021 sebanyak 2938 kasus dugaan pelanggaran HAM.
Tentunya, hal tersebut merupakan tantangan bagi persatuan dan kesatuan bangsa yang perlu diatasi secara bersama-sama. Pada prosesnya, menguatkan semangat persatuan dan kebangsaan adalah perjalanan panjang yang memerlukan komitmen dari setiap elemen masyarakat, pemuda hingga pemerintah.
Selain itu, pendidikan juga memainkan peran kunci dalam membangun karakter bangsa. Melalui sistem pendidikan yang inklusif, dimana setiap siswa diberikan pemahaman tentang keberagaman dan nilai-nilai kebangsaan, diharapkan mampu membentuk generasi yang memiliki kesadaran akan pentingnya persatuan dan kebangsaan.
Komnas HAM sebagai lembaga yang memiliki mandat untuk melakukan Pendidikan HAM kepada masyarakat, juga melakukan penyebarluasan wawasan terkait HAM untuk meningkatkan kesadaran HAM di masyarakat termasuk kepada generasi muda. Program-program pendidikan gagasan Komnas HAM tersebut diantaranya, Sekolah Ramah HAM, Ruang Tanggap Rasa, Polisi berbasis HAM, Festival HAM, Hari HAM, terbitan reguler, publikasi HAM digital, dan lain-lain.
Hal lainnya selain partisipasi masyarakat dan pendidikan yang tidak kalah penting adalah peran media serta media sosial. Media sosial dinilai memudahkan penggunanya dalam berinteraksi dan berbagi informasi tanpa halangan jarak dan waktu. Aktivitas-aktivitas seperti kampanye positif, diskusi yang konstruktif, dan penyampaian informasi yang akurat melalui media sosial, dapat menjadi kekuatan positif yang menghubungkan antar warga negara.
Hal ini pula yang mendasari Komnas HAM melakukan pendekatan-pendekatan kepada generasi muda melalui media populer seperti film, musik, puisi, bahkan drama korea. Komnas HAM juga telah memanfaatkan platform-platform media sosial seperti Youtube, Instagram, Facebook, Podcast, Twitter, dan media digital lainnya. Semua itu dilakukan untuk meningkatkan semangat persatuan dan kebangsaan melalui pemahaman terhadap HAM. Media populer tersebut mampu menerjemahkan instrumen-instrumen dan nilai-nilai HAM yang dirasa berat menjadi lebih ringan untuk dicerna generasi muda.
Dengan memahami bahwa keberagaman adalah kekayaan, pendidikan sebagai kunci pembentukan karakter, partisipasi masyarakat adalah kekuatan, dan media sebagai alat komunikasi, maka semangat persatuan dan kebangsaan dapat terus dipupuk. Dengan semangat persatuan dan kebangsaan yang kokoh, bersama-sama kita mampu mengarungi masa depan yang lebih baik.
Seiring dengan makna dan semangat besar yang ada didalamnya, hari Sumpah Pemuda bukan hanya sebagai peringatan sejarah, melainkan juga panggilan untuk terus memupuk semangat persatuan dan kebangsaan. Dengan merayakan Hari Sumpah Pemuda, kita sepatutnya mengenang perjuangan para pemuda Indonesia yang telah menorehkan jejak menuju kemerdekaan. Selain itu yang tidak kalah penting, semangat ini juga menjadi landasan bagi pembangunan Indonesia menuju masa depan yang gemilang. Selamat hari Sumpah Pemuda!
Penulis : Niken Sitoresmi
Editor : Banu Abdillah
Short link