Kabar Latuharhary – Pembela HAM adalah siapapun yang
bekerja sesuai keahlian dan berkontribusi dalam pemajuan dan penegakan HAM,
konsisten untuk mengakui prinsip universalitas HAM dalam tugas kemanusiaan,
serta melakukan kerja-kerja pembela HAM secara damai tanpa kekerasan. “Apapun profesinya, apapun latar belakangnya, dia bisa jadi
pembela HAM,” jelas Ronny Josua Limbong, salah satu narasumber dalam
Talkshow Cerita di Balik Wisma Atlet yang dilaksanakan secara daring pada Jumat, 12 November 2021.
Talkshow yang dilaksanakan bertepatan
dengan Hari Kesehatan Nasional ini juga menghadirkan tenaga kesehatan dan
relawan di RSDC Wisma Atlet untuk berbagi cerita dan pengalaman selama
menangani pandemi Covid-19 mulai dari awal terjadinya pandemi, adanya gelombang
kedua kasus Covid-19, hingga saat ini kasusnya sudah sangat melandai.
Plt. Kepala Biro Dukungan Pemajuan
HAM, Mimin Dwi Hartono, saat membuka talkshow menyampaikan bahwa
kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian dari peringatan Hari HAM Se-dunia 2021. Lebih lanjut ia menyampaikan,
talkshow ini menjadi salah satu wadah untuk melakukan refleksi apakah kerja
teman-teman relawan nakes dan non nakes di RSDC Wisma Atlet bisa masuk dalam
konteks pembela HAM. Disebutkannya bahwa, salah satu narasumber talkshow
merupakan tim penyusun SNP Pembela HAM. “Ini
nanti menarik bagaimana Mas Ronny akan menjelaskannya dalam perspektif pembela
HAM,” ucap Mimin.
Ronny, sapaan akrab Ronny Joshua
Limbong yang merupakan salah satu tim penyusun Standar Norma dan Pengaturan
(SNP) Pembela HAM menjelaskan bahwa SNP adalah dokumen yang dibuat Komnas HAM
dan merupakan program prioritas nasional yang bertujuan menjadi panduan untuk
stakeholder terkait kaitannya dengan hak yang dibahas dalam tema itu. Salah
satu SNP yang telah disahkan adalah SNP Pembela HAM yang bisa menjadi panduan
siapa pembela HAM itu, apa peran dan fungsinya, apa pelanggaran dan mekanisme
untuk melindunginya, dan lain-lain.
Nida, salah
seorang relawan nakes di RSDC Wisma Atlet, bercerita bahwa ia menjadi
relawan karena panggilan dari
hati pada awal pandemi Covid-19 yaitu pada 25 Maret 2020.
Pengalaman paling pahit yang dirasakan Nida selama menjadi relawan
di RSDC Wisma Atlet adalah saat melihat rekan sesama nakes yang bertugas di Wisma Atlet meninggal
dunia karena positif Covid-19.
Narasumber
lain, Antony Setyawan Kondoy (dikenal dengan nama Antony Gie) pun bercerita awal mula ia
bisa bergabung menjadi relawan non nakes di RSDC Wisma Atlet. Hal itu bermula
dari keinginan untuk membantu dengan apa yang dibisa yaitu sebagai hair stylist
dengan harapan pandemi cepat berlalu. “Ada
rasa puas setelah melihat rekan-rekan terbantu dengan jasa cukur rambut yang
saya berikan,” kata Gie.
“Jelas
karakter pembela HAM tergambar dalam kerja-kerja nakes dan non nakes seperti
Antony Gie dan Nida Fadhillah sebagai relawan di RSDC. Mereka mencurahkan apa
yang mereka punya. Kita bisa menggunakan keahlian yang kita miliki. Mulai dari
diri sendiri dulu kita bisa menggunakan keahlian dan profesi kita untuk membela
hak sesama,” tegas Ronny.
Penulis : Utari
Putri W
Editor : Sri Rahayu
Short link