Latuharhary
– Sandrayati Moniaga (Wakil Ketua Eksternal Komnas HAM) didampingi Andante Widi Arundhati (Kepala Biro Dukungan Pemajuan HAM) dan Asri Oktavianty
Wahono (Plt. Kepala Bagian
Pengkajian dan Penelitian) mengunjungi orang
tua korban meninggal akibat lubang tambang di Kalimantan Timur, pada Senin (29/07/2019).
Marsini,
yang merupakan ibu dari almarhum Maulana, salah seorang korban meninggal pada
tahun 2012 silam, mengungkapkan kesedihannya yang mendalam karena ditinggal pergi anak yang sangat disayanginya
tersebut. Kendati mengaku telah melepas kepergian Maulana dengan lapang dada,
masih terbersit dalam benaknya, harapan agar Pemerintah segera menutup lubang bekas tambang
di dekat rumahnya agar tidak lagi jatuh korban-korban lain.
“Saya
berharap Pemerintah untuk segera menutup lubang-lubang bekas tambang yang ada
di Kalimantan Timur agar tidak ada korban lagi. Persoalannya,lubang-lubang bekas
tambang tersebut sangat dekat dengan pemukiman
warga,” harapnya.
Kesaksian Marsini ini selaras dengan
pantauan lapangan yang dilakukan Tim Komnas HAM. Tim Komnas HAM menyaksikan
sendiri bahwa memang lubang-lubang bekas tambah tersebut sangat dekat dengan
posisi pemukiman warga. Bahkan berdasarkan kesaksian warga, lubang-lubang bekas
tambang ini telah ada sejak 10 tahun lalu khususnya untuk yang posisinya
di RT 20 Simpang Pasir, Palaran.
Perlu disampaikan bahwa dalam kurun waktu
2011 s.d. 2019, tercatat 35 (tiga puluh lima) orang meninggal akibat bekas lubang
tambang yang berada di sekitar pemukiman warga. Pada kesempatan yang berbeda,
Komisioner Subkomisi Pengkajian dan Penelitian M. Choirul Anam, bahkan menyebut
kasus ini sebagai gross
negligence.
"Dalam
istilah hukumnya, gross negligence itu kelalaian yang amat
sangat. Orang yang mengakibatkan sebuah kejahatan yang kesannya tidak sengaja,
namun dengan pembiaran seperti ini menjadi kesengajaan, apalagi terjadi
terus-menerus. Memang harus diusut kenapa tidak selesai-selesai," jelas Anam.
Selain Marsini,
Sukardi yang merupakan kakek dari Natasya, korban meninggal lainnya
menceritakan perihal cucunya yang juga menjadi korban lubang bekas tambang.
Natasya, yang kala itu baru berusia 12 (dua belas) tahun, meninggal 1
(satu) minggu sebelum lebaran. Sebelum kematian Natasya, 4 (empat) orang anak lain juga menjadi korban tenggelam, namun berhasil selamat.
“Sebelumnya ada 4
(empat) orang yang tenggelam yang berhasil selamat, yang kelima itu cucu saya.
Masih sempat kami bawa ke rumah sakit, di sana keluar air 1 (satu) kantong isinya
kotoran batu bara, lumpur dan darah. Namun cucu saya tidak bisa selamat dan
akhirnya meninggal,” jelasnya saat ditemui di tempat terpisah.
Seperti halnya Marsini, Sukardi juga berharap pihak
yang berwenang yaitu pemerintah dan perusahaan, untuk segera menutup
lubang-lubang tambangtersebut. "Kami
minta ditutup saja pak lubangnya biar aman," pungkasnya.
Sebelumnya, Sandrayati Moniaga (Wakil Ketua Bidang Eksternal) bersama Hairansyah (Wakil Ketua Bidang Internal) dan M. Choirul Anam (Komisioner Subkomisi Pengkajian dan Penelitian) juga meninjau langsung kondisi lubang
tambang di Simpang Pasir,
Palaran, Kalimantan Timur.(Tari/
Arief/ Ronny/ENS)
Short link