Latuharhary – Konflik bersenjata antara aparat gabungan TNI-Polri dengan OPM di
Nduga Papua pasca peristiwa kekerasan 1-2 Desember 2018 lalu menimbulkan arus
pengungsian warga Nduga.
Puluhan mahasiswa dan masyarakat yang tergabung dalam Solidaritas Tragedi Kemanusiaan Nduga
kembali mendatangi Komnas HAM untuk menyerukan keluh kesahnya terhadap kondisi
tanah kelahiran mereka pada Kamis (01/08/2019). Mereka meminta agar lembaga
negara independen tersebut segera membuat rekomendasi ke Pemerintah RI dan
ke Dewan HAM PBB untuk kasus Nduga.
Setelah menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor
Komnas HAM, puluhan mahasiswa yang datang langsung dari Papua tersebut kemudian
dipersilahkan masuk dan berkumpul di depan Ruang Pengaduan Asmara Nababan
dengan diterima oleh staf Komnas HAM, Ridha Wahyuni dan Darmadi.
“Ini bukan pertama kalinya kami datang ke Komnas HAM,
sudah 3 (tiga) kali kami datang kesini,” ungkap salah seorang perwakilan
mahasiswa.
Salah satu perwakilan warga Papua juga mengatakan
adanya indikasi peristiwa genosida di tanah kelahirannya. "Ada
keberulangan, artinya ada slow genoside," ujarnya
Tragedi kemanusiaan yang terjadi di Kabupaten Nduga,
Papua Barat sejak Desember 2018 meninggalkan trauma yang sangat mendalam pada
masyarakatnya. Mahasiswa dan masyarakat yang tergabung dalam Solidaritas
Tragedi Kemanusiaan Nduga menuntut dan menyatakan sikap untuk menarik militer
TNI/ Polri dari Nduga dan seluruh tanah Papua; menghentikan semua proyek
pembangunan infrastruktur; cabut Peraturan Presiden No. 40 Tahun 2013;
menghentikan semua bisnis militer dalam pembangunan infrastruktur jalan di
Nduga; kembalikan 40.000 (empat puluh ribu) lebih pengungsi yang tersebar
keluar Nduga; buka akses bantuan kemanusiaan dan jurnalis nasional maupun
internasional ke Nduga; usut tuntas seluruh pelanggaran HAM di Papua; tangkap
dan adili pelaku pelanggaran HAM, dan berikan hak penentuan nasib sendiri bagi
rakyat Papua sebagai solusi demokratis.
Penarikan personil militer TNI/ Polri dari Nduga dan
tanah Papua merupakan tuntutan yang paling diinginkan mahasiswa dan masyarakat.
“Persoalan di Nduga dimulai dari Papua yang ingin
merdeka. Kami tahu bagaimana trauma yang dihadapi warga saat militer TNI/ POLRI
membakar rumah-rumah warga. Sudah 40.000 (empat puluh ribu) lebih orang
mengungsi akibat kejadiaan ini. Persoalan Papua merupakan persoalan sejarah.
Yang paling kami inginkan adalah militer ditarik dari tanah kelahiran kami,”
imbuhnya.
Mahasiswa lainnya menyampaikan keluh kesahnya sebagai
mahasiswa yang terancam Drop Out (DO) karena tidak bisa
membayar uang SPP. Satu-satunya harapan mereka adalah orang tua yang pada
kenyataannya saat ini tidak bisa bekerja karena harus berada di pengungsian.
Tidak hanya itu, banyak anak-anak yang tidak bisa mendapatkan pendidikan yang
layak.
Sebagai perwakilan Komnas HAM, Ridha Wahyuni
menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada mahasiswa Nduga yang sudah
datang ke Komnas HAM.
“Sebagai bentuk penghargaan kita, terima kasih
sebesar-besarnya kepada teman-teman sudah datang kesini. Kami sudah melakukan
kewenangan kami sesuai dengan Undang-Undang No. 39 Tahun 1999,” ungkap Ridha.
Lebih lanjut Ridha menyampaikan hasil kerja Komnas HAM
terkait permasalahan di Nduga, Papua.
“Kami sudah ke Jayapura untuk minta klarifikasi dan
mengidentifikasi data-data yang diperoleh dari teman-teman yang mengadu ke
Komnas HAM, terkait masalah kemanusiaan di Nduga. Kami juga akan mengadakan
dialog kemanusiaan pada 5 Agustus untuk membahas apa yang akan dilakukan
teman-teman NGO dan Komnas HAM terkait dengan masalah kemanusiaan di Nduga,”
jelas Ridha.
Ridha melanjutkan bahwa Komnas HAM sudah melakukan
beberapa langkah terkait permasalahan yang tengah dihadapi warga Nduga.
“Kami sudah
melalukan beberapa langkah, kami bersurat kepada beberapa
kementerian-kementerian terkait untuk segera mendorong bantuan kemanusiaan
sampai di Nduga. Kami juga sudah melakukan koordinasi dengan Kemenko PMK untuk
segera mengkoordinir kementerian dan dinas-dinas terkait segera memberi supplybantuan
kemanusiaan kepada pengungsi dan segera menyelesaikan permasalahan di Nduga,”
imbuhnya.
Lebih dari itu,
Ridha menyampaikan harapannya bahwa perlu ada kerjasama, seperti dalam
penyelesaian permasalahan di Nduga dan penyaluran bantuan-bantuan kepada
pengungsi. (Tari/AM/IW/ibn)
Short link