Jakarta - Dalam rangka memperingati Hari HAM Sedunia 2019, Komnas HAM berkolaborasi dengan PT. Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta serta seniman dari Bumbon Project dan Yayasan Umar Kayam, Yogyakarta dalam mengampanyekan Hak Asasi Manusia di ruang publik.
Media kampanye yang dioptimalkan di ruang publik Stasiun MRT Lebak Bulus dan Stasiun Bundaran HI berupa running text 'Selamat Hari HAM Sedunia 10 Desember 2019: Semua orang dilahirkan merdeka, setara, dan mempunyai hak yang sama'. Kalimat tersebut juga dipasang di display monitor serta videotron di area masuk penumpang.
Ranah media sosial juga dimeriahkan dengan Instagram Competition melalui tagar #HariHAM2019 dan #MRTJakarta. Jajaran Komnas HAM dan petinggi PT MRT Jakarta pun menjajal naik MRT dari Stasiun Istora hingga Stasiun Bundaran HI untuk menuju area talkshow serta konferensi pers, Selasa (10/12/2019).
Bersama Komnas HAM, MRT, dan Yayasan Umar Kayam. Sementara kerja sama dengan Yayasan Umar Kayam dilakukan melalui pembuatan karya Seni.
Komnas HAM melalui Taufan mengucapkan terima kasih atas iklan yang diproduksi oleh MRT dalam memperingati hari HAM sedunia.
“Terima kasih atas iklan mengenai Hari HAM Sedunia, diharapkan kedepan agar seluruh masyarakat memiliki kesadaran yang tinggi atas HAM,"kata Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik mengawali paparannya.
Modal transportasi massal, katanya, menjadi kebutuhan publik yang harus bisa dinikmati melalui keterjangkauan dan kenyamanan. Perlu dipikirkan pula aksesibilitasnya bagi penumpang berkebutuhan khusus, seperti disabilitas, orang lanjut usia, ibu hamil serta kelompok rentan lainnya.
Setelah melihat segala fasilitas yang disediakan oleh PT. MRT Jakarta, Taufan mengapresiasi komitmen untuk menyediakan trotoar blok taktil bagi penyandang tuna netra dan lift dengan huruf Braille. Ada pula toilet bagi pengguna kursi roda plus area khusus disabilitas. Bahkan rancangan tinggi loket tiket disesuaikan dengan pengguna kursi roda.
“Akhirnya transportasi menjadi betul-betul hak yang bisa dinikmati seluruh warga tanpa terkecuali. Prinsip-prinsip hak asasi akan diakomodasi oleh pihak MRT, termasuk yang berkebutuhan khusus,” kata Taufan.
Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar mengakui, konsep aksesibilitas bagi seluruh lapisan masyaralat menjadi kekhasan perusahaannya.
“Kami mendukung sekali pelayanan publik yang berkeadilan, kita coba semaksimal mungkin fasilitas di MRT juga menjangkau seluruh warga, akses yang aman, nyaman, dan terbangun untuk semua. Perhatian kepada teman-teman difabel adalah hal yang coba kita lakukan dari awal,” tutur Willy, panggilan dari William.
Terkait aspek komersial, Willy menyebutkan justru komitmen yang kuat tadi memperkuat nilai komersial MRT. Lantaran nilai-nilai korporasi menjunjung prinsip kesetaraan menjadi poin plus di mata investor maupun publik.
“Selalu ada balance dimana kita memanfaatkan komersial dan tanggung jawab moral kita terhadap perusahaan seperti ini,” tegas Willy.
Tanggung jawab tersebut yang membawa kolaborasi dengan Komnas HAM juga mengangkat karya seniman bertema HAM. Sebanyak sembilan orang seniman Yogyakarta pun membumikan nilai-nilai HAM berupa lukisan grafis instalasi yang dicetak sebagai stiker di lorong dan selasar stasiun MRT. Isu yang ditampilkan adalah HAM dalam kehidupan keseharian, hal-hal di sekitar kita tentang HAM untuk merayakan HAM.
“Perubahan harus dimulai dari rasa, yang memulai rasa kan seniman. Kita mengajak seniman HAM menjadi bagian keseharian. Kita ingin memberi oleh-oleh pada publik jadi kalau pulang bisa direnungkan,” kata Kusen, perwakilan seniman.
Pada akhir talkshow, Taufan mengapresiasi kesetaraan yang diusung MRT.
“Afirmatif yang ditambahkan MRT sistem yang dibangun MRT lebih konkret tidak hanya melalui kata-kata tetapi fasilitas publik yang digunakan semua orang. Mudah-mudahan ini digunakan terus,”pungkas Taufan (SP/IW).
Short link