Pada 13-15 November 2018, Komnas HAM akan menyelenggarakan Festival HAM Indonesia (FHI) 2018 di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
Festival ini diadakan bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Wonosobo, Kantor Staf Presiden (KSP), Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah, dan International NGO Forum on Indonesian Development (INFID).
Sebagai "pemanasan" sebelum FHI 2018, diadakan seminar ”Anak Muda, Mahasiswa dan Hak Asasi Manusia” di Kampus Universitas Sains Al Quran (Unsiq) Wonosobo, Jawa Tengah, pada Senin, 5 November 2018.
Pemilihan tema seminar beranjak dari kesadaran bahwa anak muda memiliki peran vital untuk membuat perubahan dan sekaligus mampu untuk terus menyebarluaskan nilai-nilai HAM ke seluruh masyarakat. Pelibatan anak muda, khususnya mahasiswa, akan mempercepat upaya membumikan nilai-nilai HAM sampai dengan masyarakat tingkat terbawah.
Seminar menghadirkan empat orang narasumber, yaitu Harjanto yang mewakili Pemkab Wonosobo membawakan materi tentang peran kepemudaan di Wonosobo dalam menyebarluaskan nilai-nilai HAM.
Harjanto bercerita antara lain tentang forum kepemudaan yang telah dibentuk oleh Pemkab Wonosobo. “Forum Kepemudaan ini telah berkontribusi positif untuk menciptakan Wonosobo yang aman dan damai,” ujar Harjanto.
Selanjutnya, Akhmad Baehaki, seorang budayawan dari Wonosobo, dan Anggota Komisi Kabupaten Wonosobo Ramah HAM, mengajak peserta yang berasal dari kalangan muda berkiprah sebagai agen perubahan.
Pemuda, menurut Baehaki, harus tanggap dan sigap menyikapi perubahan serta aktif membuat inovasi dan dinamis. Pemuda – khususnya mahasiswa Unsiq—menurut Baehaki harus menjadi pelopor dan tidak gagap pada nilai-nilai baru dan dinamika kehidupan di masyarakat.
“Generasi Milenial harus berani tampil dan membuat gebrakan-gebrakan baru yang inovatif,” kata Akhmad Baehaki.
Sedangkan Mugiyanto dari INFID menyampaikan informasi tentang perlunya pelibatan dan partisipasi masyarakat dalam membumikan HAM. Menurutnya perlindungan dan pemenuhan tak akan optimal bila tidak ada sinergi dari pemerintah, kalangan swasta dan masyarakat sipil.
“Tanpa peran pemuda rasanya mustahil untuk bisa membumikan HAM hingga ke pelosok-pelosok negeri,” ucap Mugiyanto.
Kemudian Rusman Widodo dari Komnas HAM menyoroti tentang peran penting keberadaan Pusat Studi HAM (PusHAM) di kampus-kampus sebagai pihak yang bisa menjadi agen perubahan sosial. PusHAM juga diharapkan bisa menjadi agen yang membantu membumikan nilai-nilai HAM dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
“Sinergi PusHAM dengan Pemkab Wonosobo dan Komisi HAM Wonosobo adalah modal vital untuk merealisakan pemenuhan HAM secara nyata,” kata Rusman Widodo.
Acara seminar diawali dengan pidato sambutan yang disampaikan oleh Fahmi Hidayat dari Desk Kabupaten Wonosobo Ramah HAM.
Fahmi Hidayat menjelaskan secara singkat latar belakang diselenggarakannya seminar yang merupakan rangkaian dari kegiatan Festival HAM Indonesia (FHI) 2018.
Usai sambutan dilakukan pembukaan acara seminar oleh Muchotob Hamzah, Rektor Unsiq. Dalam pidatonya Muchotob menjelaskan tentang pentingnya membumikan nilai-nilai HAM, khususnya di kehidupan kampus.
”Saat ini masih banyak orang yang tidak tahu hak-haknya,” ujar Muchotob Hamzah. Menurut Muchotob, kegiatan seminar semacam ini sangat penting dan perlu terus disebarluaskan.
Selain membuka acara seminar, Muchotob Hamzah juga meresmikan pembentukan Pusat Kajian Hukum dan HAM LP3M Unsiq. Muchotob Hamzah berharap Pusat Kajian tersebut bisa berkontribusi positif terhadap upaya penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan HAM di Wonosobo.
"Pusat Kajian diharapkan mampu bekerja sama dengan semua stakeholder HAM di tingkat lokal, nasional dan internasional," ujar Muchotob.
Seminar dan Launching Pusat Kajian Unsiq mendapat respon positif dari para peserta yang berasal dari civitas akademika Unsiq dan undangan lainnya. Antusiasme tampak dari munculnya beberapa pertanyaan kritis yang dilontarkan para peserta. (Rusman Widodo)
Short link