Komnas HAM telah menerima pengaduan langsung maupun informasi dari media massa terkait dengan kerusuhan yang terjadi di Karubaga, Kab. Tolikara, Papua pada saat perayaan Hari Raya Idul Fitri tanggal 17 Juli 2015. Akibat dari kerusuhan tersebut, 1 (satu) anak tewas tertembak di tempat, 1 (satu) buah mushala, beberapa rumah dan ruko warga dibakar massa.
Peristiwa tersebut bermula dari kedatangan sekelompok orang yang diduga berasal dari umat Gereja Injili di Indonesia (GIDI) ke Mushala Baitul Mustaqin di Tolikara, Papua, saat umat Islam menggelar shalat Id pada Jumat pagi (17/7). Mereka melakukan protes lantaran pengeras suara jemaah mengganggu acara yang juga tengah digelar umat GIDI (Kompas). Menurut Ketua Persekutuan Gereja dan Lembaga Injil di Indonesia (PGLII) Roni
Mandang, kedatangan umat GIDI ke umat Islam dengan cara baik-baik. Namun tembakan aparat ke arah umat mereka membuat situasi menjadi kacau. Apalagi saat diketahui satu orang tewas akibat rentetan tembakan itu. Umat pun membakar kios di sekitar lokasi. Namun, api merembet ke mushala yang dijadikan tempat shalat Id.
Kabagpenum Divisi Humas Polri Kombes Suharsono menegaskan, tembakan ke arah umat GIDI dilakukan karena mereka tak mengindahkan halauan petugas untuk pergi dari sekitar mushala. Polisi telah menghalau massa yang meneriakan pernyataan bernada provokatif. Namun massa tidak menurut. Pukul 07.05 WIT massa mulai melempari mushala dengan batu. Pukul 07.10 WIT massa merusak dan membakar kios. Peristiwa tersebut menyebabkan kurang lebih 400 orang mengungsi akibat kehilangan tempat tinggal yang diantaranya 153 orang menyebar di 2 (dua) titik pengungsian dan sisanya kembali ke daerah asal, 1 mushola dan 63 unit ruko terbakar. Selain itu, 1 (satu) orang dinyatakan meninggal dunia dan 11 orang lainnya mengalami luka-luka.
Peristiwa tersebut bermula dari kedatangan sekelompok orang yang diduga berasal dari umat Gereja Injili di Indonesia (GIDI) ke Mushala Baitul Mustaqin di Tolikara, Papua, saat umat Islam menggelar shalat Id pada Jumat pagi (17/7). Mereka melakukan protes lantaran pengeras suara jemaah mengganggu acara yang juga tengah digelar umat GIDI (Kompas). Menurut Ketua Persekutuan Gereja dan Lembaga Injil di Indonesia (PGLII) Roni
Mandang, kedatangan umat GIDI ke umat Islam dengan cara baik-baik. Namun tembakan aparat ke arah umat mereka membuat situasi menjadi kacau. Apalagi saat diketahui satu orang tewas akibat rentetan tembakan itu. Umat pun membakar kios di sekitar lokasi. Namun, api merembet ke mushala yang dijadikan tempat shalat Id.
Kabagpenum Divisi Humas Polri Kombes Suharsono menegaskan, tembakan ke arah umat GIDI dilakukan karena mereka tak mengindahkan halauan petugas untuk pergi dari sekitar mushala. Polisi telah menghalau massa yang meneriakan pernyataan bernada provokatif. Namun massa tidak menurut. Pukul 07.05 WIT massa mulai melempari mushala dengan batu. Pukul 07.10 WIT massa merusak dan membakar kios. Peristiwa tersebut menyebabkan kurang lebih 400 orang mengungsi akibat kehilangan tempat tinggal yang diantaranya 153 orang menyebar di 2 (dua) titik pengungsian dan sisanya kembali ke daerah asal, 1 mushola dan 63 unit ruko terbakar. Selain itu, 1 (satu) orang dinyatakan meninggal dunia dan 11 orang lainnya mengalami luka-luka.
Short link